Senin, 23 September 2013

RPP KURIKULUM 2013 BAHASA INDONESIA X


                 SMA NEGERI 2 SEKAYU

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Satuan Pendidikan        : SMAN 2 Sekayu
Mata pelajaran            : Bahasa Indonesia
Kelas/semester            : X / 1
Materi pokok            : Meneroka Alam Semesta
Alokasi waktu            : 2 x 45 menit


A.    TUJUAN PEMBELAJARAN
    Peserta didik dapat menganalisis struktur teks puisi, membacakan puisi dengan penuh penghayatan, dan membedakan teks deskripsi dan teks laporan hasil observasi.

B.    KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1.2      Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannya sebagai sarana komunikasi dalam memahami, menerapkan, dan menganalisis informasi lisan dan tulis melalui teks anekdot, eksposisi, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, dan negosiasi.
2.1    Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk membuat anekdot mengenai permasalahan sosial, lingkungan, dan kebijakan publik
3.1    Memahami struktur dan kaidah teks anekdot, eksposisi, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, dan negosiasi baik melalui lisan maupun tulisan
    3.1.1    Peserta didik dapat menganalisis struktur teks puisi
    3.1.2    Peserta didik dapat membedakan teks deskripsi dan teks laporan hasil observasi.
4.1    Menginterpretasi makna teks anekdot, eksposisi, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, dan negosiasi baik secara lisan maupun tulisan
    4.1.1    Peserta didik dapat membacakan puisi dengan penghayatan

C.    MATERI PEMBELAJARAN
    1.    PENGERTIAN PUISI
            Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya. Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan lain-lain). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya. Di dalam puisi juga biasa disisipkan majas yang membuat puisi itu semakin indah. Majas tersebut juga ada bemacam, salah satunya adalah sarkasme yaitu sindiran langsung dengan kasar.
    2.    STRUKTUR PUISI
    Struktur puisi terbagi dua yaitu struktur fisik dan batin.
1).     Struktur fisik puisi terdiri dari:
•    Perwajahan puisi (tipografi)
    yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.
•    Diksi
    yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
•    Imaji
     yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
•    Kata konkret
     yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang.
•    Gaya bahasa
     yaitu penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Gaya bahasa disebut juga majas.
•    Rima/Irama adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi.
2).    Struktur batin puisi terdiri dari
•    Tema/makna (sense) Media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
•    Rasa (feeling)
    yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
•    Nada (tone)
    yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
•    Amanat/tujuan/maksud (itention)
    yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca

D.      METODE / PENDEKATAN / MODEL PEMBELAJARAN
    1.    Metode Pembalajaran        :  Diskusi dan Presentasi
    2.    Pendekatan Pembelajaran    :  Saintifik
    3.    Model Pembalajaran        :  MID (Meaningful Instructionnal Design)

E.    KEGIATAN PEMBALAJARAN

   
KEGIATAN    DESKRIPSI    ALOKASI WAKTU
Pendahuluan    1.    Peserta didik merespon salam dan pertanyaan dari guru yang berhubungan dengan kesyukuran kepada Tuhan.
2.    Peserta didik  menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan
3.    Peserta didik menerima informasi kompetensi, materi, tujuan, manfaat dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan    7 menit
Inti    1.    Peserta didik membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 orang.
2.    Guru memberikan  informasi  singkat struktur teks puisi kemudian menbagikan lembar kerja kelompok dan menjelaskan cara mengisinya
3.    Peserta didik  mengamati teks puisi ‘Burung-burung Enggan Bernyanyi Lagi’
4.    Peserta didik mendiskusikan (menanya) dalam kelompoknya struktur teks puisi ‘Burung-burung Enggan Bernyanyi Lagi’
5.    Setiap kelompok mencoba mengerjakan tugas kelompok
6.    Setiap kelompok menempelkan (jejaring)hasil kerjakan  kelompok  didinding
7.    Peserta didik membacakan puisi ‘Burung-burung Enggan Bernyanyi Lagi’ dengan penuh penghayatan    75 menit


Penutup    1.    Peserta didik dan guru menyimpulkan struktur teks puisi dan perbedaan Teks Deskripsi dan Teks Laporan Observasi
2.    Peserta didik merepleksi kegiatan yang sudah dilakukan
3.    Peserta didik menyimak informasi mengenai rencana tindak lanjut pembelajaran selanjutnya    8 menit


F.    MEDIA PEMBELAJARAN    :    PowerPoin, LKPD
H.    SUMBER DAN ALAT PEMBELAJARAN
1.    Sumber Pembelajaran    :      Buku Bahasa Indonesia Eksprsi Diri dan Akademik, Jakarta:     Kemendikbud RI, 2013
            Buku Guru Bahasa Indonesia Eksprsi Diri dan Akademik, Jakarta:     Kemendikbud RI, 2013
            www.wikipedia.com
2.    Alat Pembelajaran    :    Leptop, LCD

I.    PENILAIAN HASIL BELAJAR    :
    1.    Tes
        a)    Analisislah struktur teks puisi ‘Burung-burung Enggan Bernyanyi Lagi”! (LKPD Terlampir)
    2.    Non Tes
        a)    Jelaskan apakah teks puisi termasuk teks deskripsi atau teks laporan observasi! (lisan)
        b)    Lembar Pengamatan Kelompok (Sikap)

Rublik Kegiatan Diskusi
             Nama Kelompok    :
No    Nama Peserta Didik    Aspek Pengamatan    Keterangan
        Kerja
sama    Meng
komunikasikan pendapat    Toleransi    Kreatifitas    Menghargai pendapat teman   
        Y    T    Y    T    Y    T    Y    T    Y    T   
1                                               
2                                               
3                                               
4                                               
5                                               

    Keterangan:    Y : Ya
                T : Tidak
                Jawaban ya 5= A, jawaban ya 4-3=B, jawaban ya 4-5=C
        c)    Lembar Penilaian Membacakan Puisi (Keterampilan)
                        Rublik Penilaian Membaca Puisi
           
No    Nama Peserta Didik    Apek yang dinilai    Jumlah
        Ekspresi    Kinesik    Artikulasi    Irama    Intonasi    Timbre   
        5-10    0-5    5-10    0-5    5-10    5-10   
                               
                               
                               
                               
                               
        Keterangan:      rentang     skor 1-3=ada tapi tidak tepat
                    skor 4-5=tepat, sesuai

       
                               

        d)    LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (Pengetahuan)

Materi Pokok        : Meneroka Alam Semesta
             Puisi Burung-burung Enggan Bernyayi Lagi
KD                                      : 1.2     Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan  bahasa Indonesia dan     menggunakannya sebagai sarana komunikasi dalam memahami,     menerapkan, dan menganalisis informasi lisan dan tulis melalui teks     anekdot, eksposisi, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, dan     negosiasi
2.2     Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, dan proaktif     dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk melaporkan hasil     observasi
3.1     Memahami struktur dan kaidah teks anekdot, eksposisi, laporan hasil     observasi, prosedur kompleks, dan negosiasi baik melalui lisan     maupun tulisan
 4.1    Menginterpretasi makna teks anekdot, eksposisi, laporan hasil     observasi, prosedur kompleks, dan negosiasi baik secara lisan maupun tulisan
Tujuan Pembelajaran    : Peserta didik dapat:
1.    Menganalisi struktur teks puisi
2.    Membacakan Puisi dengan penuh penghayatan
3.    Membedakan antara teks deskripsi dan teks laporan hasil observasi

Petunjuk:
1.    Bentuklah kelompok yang terdiri dari 4-5 orang!
2.    Diskusikan dalam kelompok strutur fisik dan batin puisi Burung-burung Enggan Bernyanyi Lagi (Buku Siswa Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik, Jakarta:

NO.    Struktur Fisik    Analisis    Skor
1    Perwajahan    Bentuk rata tengah    10
2    Diksi    Mengoyak=memecahkan suasana sepi
Menggendong=membawa    10
3    Imaji   
    10

4    Kata Konkret   
    10
5    Gaya Bahasa   
    10
6    Rima/irama   
    10
NO.    Struktur Batin    Analisis    Skor
1    Tema   
    10
2    Rasa   
    10
3    Nada   
    10
4    Amanat   
    10


                               


                                Sekayu,  15 Juli 2013
    Mengetahui,                       
    Kepala Sekolah                        Guru Mata Pelajaran




    Dra. Rr. Mini Sariwulan, M.Si.                Faulina, S.Pd.
    NIP 19691110 199512 2 001                NIP 19810606 200801 2 002


Mari Belajara Manulis Pantu

Pantun sudah sejak lama dipergunakan masyarakat Indonesia. Hal ini terlihat pada beberapa adat istiadat yang mempergunakan pantun sebagai media berkomunikasi. Dengan pantun juga masyarakat Indonesia menunjukan kehalusan budi berbicara.
Ada banyak macam pantun, diantaranya pantun nasehat. Berikut ini contoh pantun nasehat.

Lebat daun pohon mahoni
Kuat kayu pohon yati
Tiada berguna ilmu yang tinggi
Jika diri tidak berbudi

Kembang melatih di pinggir bukit
Kembang sepatu di samping rumah
Jika diri tiada berbudi baik
Kemana badan hendak di bawa

Pergi belajar ke SMA Dua
Naik sepeda bonceng berdua
Maknai hidup disaat muda
Agar kelak menjadi manusia berguna

Kewarung membeli lada
Lada sebiji dibela dua
Memaknai hidup disaat muda
Menjadi bekal di hari tua 

Rabu, 17 April 2013

LKPD UNSUR-UNSUR CERPEN

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK

Standar Kompetensi     : Mendengarkan Memahami pembacaan  cerpen
Kompetensi Dasar    : Mengidentifikasi alur, penokohan, dan latar dalam cerpen yang   dibacakan
Tujuan Pembelajaran     : Peserta didik dapat:
1.    Mengidentifikasi alur , penokohan, dan latar cerpen yang didengar
2.    Mendiskusikan alur, penokohan, dan latar  cerpen
Materi                :  Cerpen yang dibacakan, Unsur-unsur cerpen (alur, penokohan, dan latar)
Nama     : 
Kelas     :


A.    RINGKASAN MATERI
        Unsur-unsur intrinsik karya sastra berbentuk cerpen, adalah unsur-unsur pembangun struktur cerpen yang ada di dalam cerpen itu sendiri, yakni :
1.    Tema adalah gagasan sentral yang mencakup permasalahan dalam cerita yang akan diungkapkan untuk memberikan arah dan     tujuan     cerita.
 2.    Tokoh (orang/nama) dan penokohan (karakter/prilaku tokoh) dalam cerita.
    a)    Tokoh cerita bisa dibedakan berdasarkan peranannya, yakni  tokoh utama, tokoh pembantu, dan tokoh tambahan.
    b)    Berdasarkan watak yang diperankan, tokoh utama dapat dibedakan menjadi tokoh protagonis (tokoh baik), tokoh antagonis         (tokoh jahat), tokoh wirawan/wirawati (tokoh baik pendukung tokoh protagonis), dan tokoh antiwirawan     /antiwirawati (tokoh jahat         pendukung tokoh antagonis).
        Dalam kasus di mana tokoh utamanya lebih dari satu orang maka tokoh yang lebih penting disebut tokoh inti (tokoh pusat).
Pengambaran  karakter tokoh oleh  pengarang dapat menggunakan 2 teknik;
1)    Analitik atau Secara langsung
2)    Dramatik atau tidak langsung (melalui fisik dan tindakan, lingkungan kehidupan, dialog, jalan pikiran, dan penggambaran watak     tokoh).
        Gambaran lengkap profil tokoh utama yang utuh dimaksud meliputi 3 dimensi, yakni: fisiologis, psikologis, dan sosiologis.
a.     Dimensi fisiologis, meliputi penggambaran ciri-ciri fisik tokoh cerita, seperti: jenis kelamin, bentuk tubuh, usia, ciri-    ciri tubuh,     kadaan tubuh, dan raut wajah, pakaian dan perhiasan.
b.     Dimensi sosiologis meliputi penggambaran ciri-ciri sosial tokoh cerita, seperti: status sosial, jabatan,     pekerjaan,     peranan sosial, pendidikan, kehidupan pribadi, kehidupan keluarga, pandangan hidup, ideologi, agama, aktifitas     sosial,         orpol/ormas yang dimasuki, kegemaran, keturunan dan suku bangsa.
c.     Dimensi psikologis meliputi penggambaran ciri-ciri psikologis tokoh cerita, seperti: mentalitas, norma-norma moral, temperamen,     perasaan, keinginan, sikap, watak/karakter, kecerdasan (IQ), keahlian dan kecakapan khusus.
3.    Alur Cerita
            Alur atau plot dapat didefinisikan sebagai cara pengarang menjalin kejadian-kejadian secara beruntun  dengan     memperhatikan hukum sebab akibat sehingga merupakan kesatuan yang padu, bulat, dan utuh (Suharianto).
    Alur dalam cerita terdiri atas lima bagian, yaitu:
    1)    Pengenalan situasi (eksposition),
    2)    pengungkapan peristiwa (complication),
    3)    konflik (rising action),
    4)    klimaks (turning point),
    5)     penyelesaian (ending).
Konflik  dapat diartikan sebagai suatu pertentangan dan  inti dari alur.
    Macam-macam konflik:
1.    Pertentangan diri sendiri (Konflik batin)
2.     Pertentangan dengan orang lain
3.    Pertentangan dengan lingkungan (ekonomi, politik, sosial, dan budaya)
4.    Pertentangan dengan agama
5.   
4.    Latar  adalah tempat dan atau waktu terjadinya cerita.
latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu latar tempat, latar waktu, latar suasana (sedih, senang dll).
B.    LATIHAN
    Bacalah Cerpen di bawah ini dengan cermat!
                    15 Hari Bulan
    Di usia yang sudah condong ke barat—begitu Uwak Bandi menggelar masa tuanya—tak ada lagi angan-angan untuk kaya. Menunaikan rukun Islam kelima adalah mutiara keinginannya sebelum ruhnya diraut maut. Uwak Bandi mengerti, seperti kata kebanyakan orang, kaya itu titi utama menuju Tanah Suci. Namun, ia masih percaya, hasratnya akan terkabul dengan niat yang terus mengepul. Tentu ia sadar, niat tersebut harus ditopang kerja keras dan doa. Soal biaya? Ah, bukankah rezeki seumpama teka-teki, sulit-sulit mudah untuk diselidiki?
Banyak orang yang dinilai tak berharta, tapi lulus pergi haji. Uwak Bandi ingin masuk dalam golongan tersebut. Tak kaya, tak mengapa. Tapi, pantang baginya memiskinkan cita-cita. Asal jangan cita-cita yang disusupi cela, titah hatinya. Jangan pula sampai terjangkit penyakit riya: berlomba naik haji biar diseru kaya raya! Andai boleh memilih, ia rela dituding miskin sebelum maupun sepulang dari Mekkah.
    Memang, Uwak Bandi kerap mengumpamakan impiannya mencium tebing Kabah semacam orang awam hendak menggapai bulan. Namun, ia bukan orang yang mudah memberangus harapan. Terlebih dalam doa. Maka, setiap menyaksikan tanak bulan purnama, Uwak Bandi senantiasa berdoa: ”Ya Allah, perkenankan aku mencium bulan.” Mmh, bulan dalam doa tersebut bermakna Kabah baginya. Uwak Bandi juga sering menyemai doa tatkala memenuhi undangan menyenandungkan marhaban di berbagai acara tepung tawar haji. Ia dikenal ahli marhaban, ahli doa. Kian kukuhlah niatnya setiap diminta mendoakan kemabruran ibadah para sejawatnya.
    Ya, soal keinginan kuat, Uwak Bandi tak terhadang lagi. Dorongan Haji Sazali, sahabatnya, pensiunan pegawai Bea dan Cukai pun makin memanjangkan galah tekad Uwak Bandi. Pula Haji Sazali yang hendak menunaikan ibadah haji untuk kali ketiga mengajaknya pergi bersama. Jujur, percakapan keduanya, terkait apa pun, pada hilirnya menyinggung kisah Haji Sazali sewaktu di Mekkah. Berbunga-bunga hati Uwak Bandi mendengarnya.
    ”Mana tahu rezekimu melimpah setelah mendaftar, Bandi,” nasihat Haji Sazali suatu kali. ”Pokoknya daftar dulu. Kasih tanda jadi. Tinggal dicicil. Insya Allah ada jalan untuk niat muliamu itu.” Maka, seusai menyimpulkan saran Haji Sazali: niat tak akan lunas kalau terus-terusan menunggu ongkos haji cukup, Uwak Bandi pun menegakkan tiang keyakinan. Apalagi, tegurnya ke dada sendiri. Sisa pesangon—sekitar enam juta—selepas bekerja hampir 30 tahun di Socfindo (perusahaan penyulingan minyak sawit) memadailah untuk memulai rencananya. Bismillah, ia pun mendaftarkan diri sekaligus menyetor uang muka ke bank, menyusul Haji Sazali yang sudah lebih dulu. Nah, tercatat sebagai calon jemaah haji dalam daftar tunggu, Uwak Bandi tinggal memasok cicilan sekerap mungkin. Atau siapa tahu, tunggakan biaya haji bisa ditunaikan sekaligus. Hingga ia tak perlu berlama-lama terjebak dalam daftar tunggu. Dengan perhitungan matang, Uwak Bandi memanjar ongkos haji sejumlah satu juta. Selebihnya, ya, diputarkan untuk usaha lain. Mmh, andai saja….
    Ah, Uwak Bandi terus berjuang untuk tak terjerembab ke lumpur penyesalan. Seperti halnya Dariah, sang istri, yang sering mengungkit-ungkit kelunakan hati Uwak Bandi meminjamkan sebagian besar pesangon kepada kedua anaknya. Memang, setelah membeli sampan usang dan memodali Dariah membuka kedai lontong, ketajaman pisau sebab akibat terus menyayat daging tabungannya.
Bayangkan, ia harus menanggung biaya operasi caesar putri sulungnya, Maemunah, sewaktu melahirkan anak ketiga. Ia maklum, suami Maemunah hanya pekerja kasar di pabrik pengalengan ikan. Ha, lain pula Ruslan, adik lelaki Maemunah, butuh uang demi menebus keteledorannya saat bekerja. Ruslan satpam di perusahaan pengolahan besi baja dan sedang mendapat giliran jaga ketika gudang perusahaan ditelikung maling. Sialnya, uang tebusan dibalas dengan surat pemecatan.
    Sejatinya, Maemunah dan Ruslan tetap menganggap bantuan ayah mereka sebagai utang yang mesti dilunasi. Namun, Uwak Bandi tak pernah sampai hati menagihnya. Apalagi kepada Ruslan, yang akhirnya harus membiayai anak-istri dari mocok-mocok—bekerja serabutan. Bahkan, meski tak sepenuhnya disetujui Dariah, ia ikhlas (tepatnya mencoba ikhlas).
Memang, kalau dipikir-pikir, pesangon Uwak Bandi tempo hari hampir mencapai separuh ongkos haji. Ancang-ancangnya pun memang untuk ongkos haji. Tetapi, ya, bukankah rezeki kerap berlindung di sarang misteri? Tak tahu kapan hinggap, kapan terbang. Untuk soal itu, ia terkesan jarang mengeluh. Meski perjuangannya menghidupi keluarga tak ringan, ia tetap merasa liuk nasibnya tak securam orang lain. Tinggal di kota pelabuhan bukan jaminan untuk hidup layak. Seperti warga lainnya, Uwak Bandi hanya bisa menyambut uluran laut, juga belas kasihan deru pabrik.
    Ia sendiri sejak usia belasan tahun sudah pergi melaut. Teramat tekun ia menjadi nelayan. Riwayat garam tersimpan di tubuhnya. Setelah menikahi Dariah, ia menyambi kerja sebagai buruh bongkar muat pelabuhan. Lantas, ketika Maemunah berusia dua tahun, Uwak Bandi merasa beruntung bisa bekerja di Socfindo meski hanya mandor gudang. Inilah pekerjaan yang berjasa membesarkan kedua anaknya. Di kota pelabuhan itu, tak banyak orangtua yang mampu mengantarkan anak-anaknya tamat sekolah setingkat SMA. Uwak Bandi adalah pengecualian.
Kalaupun setelah pensiun ia melaut lagi, bukanlah seperti dulu lagi: memburu ikan dalam hitungan malam! Uwak Bandi pergi ke laut hanya untuk mengerat kejenuhan karena tak betah ongkang-ongkang—cuma makan tidur—di rumah. Ia pun tak sanggup lagi ke tengah laut, hanya menjala ikan di sekitar paloh—rawa laut. Untuk itu pulalah, sampan bekas ia beli. Ya, hasil menjaring ikan setengah hari di paloh lumayanlah untuk mengasapi mulutnya dengan rokok atau memawangi sakunya. Untuk keperluan sehari-hari, dipasok dari hasil kedai lontong Dariah.
Namun, untuk memuluskan rencana naik haji, Uwak Bandi tak mungkin mengharapkan kedai lontong saja, punpaloh. Maka, ketika mengetahui A-Siong, juragan arang menyewakan tanah bekas tambak, Uwak Bandi tergiur. Sejatinya, bengkalai tambak tersebut termasuk tanah yang sudah dijual A-Siong. Katanya mau ditimbun dan dibangun pabrik. Tetapi, menurut A-Siong, belum berlangsung timbang terima. Berarti masih ada peluang untuk sekali panen tambak.
    Nah, semua sudah ditimbang masak-masak. Uang sewa tambak seluas 45 rante, sekitar satu hektar, cuma satu juta. Tambak seluas itu mampu mengasuh 5.000 bibit udang tiger. Dibutuhkan biaya hampir tiga juta untuk bibit tiger sebanyak itu. Intinya, tak ke mana uang lima juta demi meraup keuntungan setara ongkos naik haji. Bahkan bisa lebih.
Tentu Uwak Bandi paham, keuntungan ibarat lumba-lumba yang menyenangkan dan kerugian laksana hiu yang kejam. Rezeki harimau, kata orang-orang. Untung sekalian atau buntung sepenuhnya! Namun, Tuhan Maha Mengabulkan doa. Keinginan ke Mekkah memberinya kekuatan untuk belasan hari mengorek bangkai tambak yang dangkal. Lumpur hasil korekan dionggok ke atas benteng tambak,pagar tanah yang berfungsi sebagai pengepung air.
    Lantas, paloh secara alami akan memasok air asin ke tambak. Melalui pengaturan pintu air, pasang surut paloh bakal menyegarkan tambak. Beres! Tapi tentu, selama tiga bulan, Uwak Bandi akan lebih banyak tinggal di tambak, terutama malam hari. Kalau tidak, maling tiger akan leluasa memburaikan isi tambak. Untuk menjaga tambak, Uwak Bandi tak perlu lagi mendirikan pondok di bahu tambak. Sudah ada. Dinding tepasnya pun masih kuat. Ia cuma perlu mengganti atap rumbianya.
***
    Serangga laut sesekali pamer suara! Tadi, sebelum istirahat di beranda pondok, Uwak Bandi masih sempat mengitari pematang benteng beberapa kali. Tak perlu menenteng senter karena bulan sedang ranum-ranumnya. Langit malam cerah. Hujan sore tadi telah menanggalkan daun-daun awan. Maka, cahaya keemasan bebas menyapu permukaan tambak pun menuntun mata dan langkah Uwak Bandi menyusuri punggung benteng.
    Ia memang harus tetap awas. Selain maling tiger, masa 15 hari bulan—purnama masak—memaksa Uwak Bandi harus jeli mengeja air. Pasang besar sering terjadi pada 15 hari bulan. Tak jarang pasang besar menyeberangkan udang ke luar tambak. Tapi Uwak Bandi boleh lega karena benteng sudah ditinggikannya dua hari lalu.
    Dalam kewaspadaan, Uwak Bandi masih sempat menatap purnama di jantung langit. Pantulannya jatuh persis di pusar tambak. Sambil memutari sisi tambak, ia membayangkan dirinya sedang tawaf, mengelilingi Kabah. ”Ya Allah, izinkan aku mencium bulan,” zikirnya penuh geli. Aih, tak sampai sepekan lagi masa panen tiba. Entahlah, berbagai kemudahan memihak kepadanya. Bukankah kemudahan namanya ketika wabah penyakit tak menyerang tiger-tiger¬piaraannya? Pun maling seperti enggan mengusik tambaknya.
    Mmh, kelana angannya begitu mudah menaklukkan Masjidil Haram. Tapi, udara dingin yang berbisa mengembalikan Uwak Bandi ke tambak. Daun-daun bakau riuh disabung angin. Uap garam menyengat penciumannya. Ia membelitkan sarung ke lehernya. Rokok disulut. Sebelum ke pondok, ia pergi memastikan pintu air sudah terkunci. Selanjutnya, ya, Uwak Bandi bergegas menyalakan perapian dari potongan-potongan kayu waru. Ampuhlah untuk menghalau nyamuk, menawar dingin.
    Lantas, ia duduk bersandar di beranda pondok. Uwak Bandi mendapatkan dadanya sekonyong-konyong padang. Lapang. Diselimuti kehangatan api, ia kembali memandang bulan bak menyaksikan Kabah. He, Kabah 15 hari bulan, selorohnya ke diri sendiri. Tempias angin mengatupkan kelopak matanya. Wahai, Tanah Suci, aku datang, igaunya. Namun, saat kelelapan siap menyongsong, Uwak Bandi terperanjat oleh suara debum air. Ia kumpulkan kesadaran, lalu berlari ke ufuk suara. Air pasang memenuhi tambak, membobol benteng. Dinding tambak terluka!
    Angin menyalak! Suara hewan malam siur! Uwak Bandi banting langkah ke pintu air. Ampun, pintu air jebol didongkel pasang. Ia kembali ke benteng yang terluka. Sebab, tak ada faedahnya mengurusi pintu air yang roboh. Sudah pasti lubang yang bersemayam di luka benteng bakal mengirim isi tambak ke paloh, terus ke laut. Uwak Bandi terperangah, terengah. Ia sibuk merajut siasat, kewalahan mencari akal. Debur air, sepadan ternak yang hambur keluar kandang, menciutkan nyalinya.
    Uwak Bandi berlari ke pondok, lalu kembali sambil menggendong setumpuk kayu waru. Dengan tubuh yang bergetar, ia tancapkan kayu-kayu itu di mulut benteng yang jebol. Mana tahu mumpuni menghadang pasang yang hendak pergi ke alam. Tapi, apalah daya tancapan kayu di kumparan lumpur. Uwak Bandi menceburkan diri ke tambak. Ia jongkok, menyurukkan lengkung punggungnya ke liang benteng. Pinak-pinak air seperti jemari yang mencengkeram lehernya. Tapi, ia tak peduli. Sepasang tangannya terus mendorong-dorong air agar pulang ke tambak. ”Ayo, timpas! Surut kau air!” Uwak Bandi menghardik, terbata. Air bercampur lumpur menerobos mulutnya. Menyumbat kerongkongannya!
    Tapi, air tak kunjung timpas—surut tak diturut. Terkaman pasang malah makin buas, menciptakan lubang yang lebih besar. Tubuhnya tak mampu menjadi akar bakau penentang arus. Pasang yang bergelicak deras memberantakkan wujud purnama di permukaan air. Cahaya keemasan pecah, menjelma kilau kecemasan. ”Kabahku! Hancur Kabahku!” Uwak Bandi meronta seperti kanak-kanak. Menempeleng pipi air bertubi-tubi untuk apa? Toh, kerumunan tiger sebesar kuncup telapak tangan orang dewasa terus melintasi tubuhnya sebelum akhirnya dirampas paloh, ditelan alam.
    Uwak Bandi kehabisan tenaga, kehilangan doa. Tubuhnya dilumpuhkan air pasang. Kepalanya terdongak ke langit. Ei, mengapa dalam gontai kuyup pandangan, ia menyaksikan Haji Sazali melayang ke pekarangan langit, menuju bulan? Haji Sazali tersenyum sambil melambaikan tangan, semacam kibas ajakan. Uwak Bandi ingin menyahut lambaian itu. Tapi, bentang tangannya tengah berjuang menjadi benteng. Air menyandera Uwak Bandi. Bahkan, memerosokkan tubuhnya ke nganga lubang. Tenaga Uwak Bandi tinggal ampas. Tubuhnya timbul tenggelam, diisap diembuskan air pasang. Ah, adakah yang mampu mendengar gelepar tangisnya di perut air?
”Haji Sazali, tega nian kau meninggalkanku….”

1.    Tentukanlah tema yang terdapat pada cerpen!
    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….    …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
2.    Isilah table berikut dengan menganalisis cerpen  di atas!
No.    Tokoh    Karakter Tokoh    Peran Tokoh    Bukti/Kutipan
…..    ....................................
………………………..
………………………..
………………………..
………………………..
………………………..
………………………..
………………………..
……………………….
………………………..
……………………….
……………………….
....................................
………………………..
………………………..
………………………..
………………………..
………………………..
………………………..
………………………..
……………………….    ....................................
………………………..
………………………..
………………………..
………………………..
………………………..
………………………..
………………………..
……………………….
………………………..
……………………….
……………………….
....................................
………………………..
………………………..
………………………..
………………………..
………………………..
………………………..
………………………..
……………………….    ....................................
………………………..
………………………..
………………………..
………………………..
………………………..
………………………..
………………………..
……………………….
………………………..
……………………….
……………………….
....................................
………………………..
………………………..
………………………..
………………………..
………………………..
………………………..
………………………..
………………………..    .................................................................................
................................................................................
................................................................................
................................................................................
................................................................................
.................................................................................
.................................................................................
................................................................................
................................................................................
................................................................................
..................................................................................
.................................................................................
.................................................................................
.................................................................................
.................................................................................
.................................................................................
.................................................................................
.................................................................................
.................................................................................
.................................................................................
.................................................................................







3.    Tentukanlah alur cerpen  di atas!
Alur    Bukti/Kutipan
1)    Pengenalan
       situasi  
      (eksposition),
    ........................................................................................................................................................................................
………………………………………………………………………………………………………….....................................
………………………………………………………………………………………………………….....................................
…………………………………………………………………………………………………………......................................
…………………………………………………………………………………………………………......................................
2)    Pengungkapan 
      peristiwa 
     (complication),
    .................................................................................................................................................. ....................................
………………………………………………………………………………………………………….....................................
………………………………………………………………………………………………………….....................................
…………………………………………………………………………………………………………......................................
…………………………………………………………………………………………………………......................................
3)    konflik (rising
      action),
    .................................................................................................................................................. ....................................
………………………………………………………………………………………………………….....................................
………………………………………………………………………………………………………….....................................
…………………………………………………………………………………………………………......................................
…………………………………………………………………………………………………………......................................
4)    klimaks (turning
       point),    .................................................................................................................................................. ....................................
………………………………………………………………………………………………………….....................................
………………………………………………………………………………………………………….....................................
…………………………………………………………………………………………………………......................................
…………………………………………………………………………………………………………......................................
5)     penyelesaian
      (ending).    .................................................................................................................................................. ....................................
………………………………………………………………………………………………………….....................................
………………………………………………………………………………………………………….....................................
…………………………………………………………………………………………………………......................................
…………………………………………………………………………………………………………......................................
4.    Tentukanlah latar cerpen di atas!
    1).    Tempat……………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Bukti    : ……………………………………………………………………………....................................................................................
     …………………………………………………………………………………………………………………………………………
2.    Waktu…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Bukti    : ……………………………………………………………………………....................................................................................
     …………………………………………………………………………………………………………………………………………
3.    Suasana……………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Bukti    : ……………………………………………………………………………....................................................................................
     …………………………………………………………………………………………………………………………………………

Minggu, 20 Januari 2013

Komentar para pembicara (cara memberikan komentar)
Diskusi merupakan bentuk bertukar pikiran dalam kelompok untuk memahami suatu masalah, menentukan sebab, dan mencari penyelesaiannya. Dalam diskusi dikemukakan masalah khusus yang menyangkut kepentingan bersama. Seseorang bertindak sebagai pemimpin diskusi dan yang lain merupakan peserta atau anggota diskusi.
Dalam diskusi seringkali terjadi perbedaan pendapat yang muncul akibat perbedaan cara berpikir. Inilah yang membuat diskusi jdi menarik. Dengan perbedaan pendapat yang sehat tersebut, suasana diskusi menjadi lebih hidup. Peserta diskusi idealnya menanggapi pendapat pembicara. Tanggapan tersebut dapat berupa pertanyaan, sanggahan, kritik, usul atau saran, serta penekanan atau tambahan keterangan untuk memperkuat yang disetujui.
A. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam        
     melaksanakan diskusi yakni :
1. Bersikap sopan dan bijak dalam menanggapi pendapat 
         orang lain,
     2. Menguasai pokok pembicaraan sebelum melakukan                     
          diskusi,
3. Gunakan bahasa yang baik dan benar, serta simpatik 
    saat mengungkapkan sanggahan,
4. Hindari sikap emosional,
5. Kemukakan sanggahan setelah ada izin dari 
     moderator.
 Tata Krama Berdiskusi :
(1)  Tugas dan tanggung jawab pemimpin diskusi ;
a.    Menyiapkan sesuatu yang berkaitan dengan diskusi;
b.    Menyiapkan rangkuman pokok masalah;
c.    Membuka diskusi dengan uraian pendek;
d.    Menjadi motor penggerak dalam jalannya diskusi;
e.    Menanggapi pendapat peserta;
f.    Membuat rangkuman pembicaraan;
g.    Menutup diskusi.
(2)  Tugas pemimpin diskusi selama diskusi berlangsung ;
       Membuat aturan jalannya diskusi, mengatur waktu dan
       merumuskan kesimpulan pembicara;
a. Memimppin diskusi dengan sabar;
b. Menghargai setiap pendapat;
c.  Jujur, ramah, dan tidak memihak.
(3)  Tugas dan kewajiban peserta diskusi ;
a.  Mempelajari masalah yang akan  didiskusikan dari berbagai sumber;
b.  Mendengarkan dengan penuh perhatian;
c.  Menghilangkan sikap emosional dan prasangka jelek kepada pembicara;
d.  Bila mengajukan pertanyaan harus jelas, sopan,  tidak berbelit-belit, dan langsung pada masalh;
e.  Ikut menjaga kelancaran jalannya diskusi.
(4)   Tugas pembicara dan penyaji ;
a.  Menyiapkan dan membuat makalah berdasarkan referensi yang akurat;
b.  Meyajikan makalaah dengan jelas dan meyakinkan;
c.  Menjawab pertanyaan dengan objektif yang didukung dengan fakta.

(5)   Menolak pendapat dalam Diskusi ;
Menanggapi masalah saat berdiskusi , hendaknya kita menerima atau  menolak pendapat peserta lain. Apabila hendak menolak pendapat orang lain, perlu diperhatikan hal-ha berikut ini :
a.  Mengemukakan pendapat dengan bahasa yang baik dan dilandasi dengan argumrntasi yang logis;
b.  Yang ditolak adalah pendapatnya bukan orang yang mengemukakan pendapat;
c.  Hilangkan rasa sentimen, rasa kurang senang, rasa jengkel terhadap orang yang mengemukakan pendapat;
d.  Tidak mencemooh, menghina, atau menyinggung perasaan;
e.  Menunjukkan bagian yang mengandung kelemahan, kesalahan, dan juga bagian yang baik sehingga peserta diskusi puas;
f.  Mengemukakan penolakan pendapat melalui moderator.

Contoh frase yang biasa digunakan untuk menolak pendapat :
a)  Kurang sesuai,
b)  Kurang sependapat, “Saya kurang sependapat dengan alas an yang diajukan pembicara karena….”
c)  Belum sesuai dengan pokok masalah,
d)  Perlu ditinjau kembali, “Menurut pendapat saya, beberapa konsep yang diajukan oleh pemasaran masih perlu ditinjau kembali!”
(6)   Cara mengajukan dan menjawab pertanyaan dalam Diskusi ;
Dalam berdiskusi biasanya diadakan acara tanya jawab. Pemasaran atau pembicaraan yang baik harus menyiapkan diri agar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan. Sebaiknya peserta harus siap mengajukan pertanyaan.

Syarat mengajukan pertanyaan adalah :
a.  Pertanyaan diajukan dengan jelas, tidak berbelit-belit, dan langsung menuju sasaran,
b.  Pertanyaan diajukan dengan sopan, hindarkan pertanyaan dalam bentuk perintah atau permintaan,
c.  Usahakan agar pertanyaan tidak ditafsirkan sebagai bantahan.
Dalam menjawab pertanyaan, pembicaraan harus memperhatikan hal berikut :
a.  Jawaban hanya diberikan sesuai dengan pertanyaan, jangan berkomentar terlalu panjang,
b.  Jawaban harus objektif dan didukung oleh fakta,
c.  Hindarkan prasangka dan emosi,
d.  Bila tidak dapat menjawab, hendaklah pembicara berterus terang dengan mengatakan belum dapat menjawab pertanyaan tersebut,
e.  Usahakan agar penanya puas dengan jawaban yang diberikan.
(7)   Cara menyetujui pendapat dalam Diskusi ;
Dalam berdiskusi , mungkin saja kita menyetujui pendapat pembicara atau pendapat peserta diskusi. Dalam memberikan persetujuan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
a.  Persetujuan dikemukakan dengan berbahasa yang  benar;
b.  Persetujuan didukung olek bukti atau  keterangan yang logis dan jelas;
c.  Komentar yang melengkapi persetujuan tidak berlebihan;
d.  Persetujuan diberikan secara objektif yang disertai dengan fakta yang konkret;
e.  Kalimat yang digunakan harus mudah diterima dan tidak berbelit-belit;
Contoh bila menyetujui pendapat :
a)  Saya rasa pendapat anda sesuai dengan pendapat    saya.
b)  Saya dukung pendapat anda sebab ….
(8)   Pelaksana atau Personalita Diskusi :
Pelaksana atau personalita diskusi biasanya terdiri atas :
a)  Ketua,
b)  Sektretaris/notulis,
c)  Penyaji makalah/pemasaran/panelis, dan
d)  Peserta diskusi.
(9)   Beberapa Contoh Kalimat dalam Berdiskusi :
a.       Membuka diskusi :
Saudara-saudara, terlebih dahulu saya ucapkan terima kasih atas kesediaan saudara-saudara meluangkan waktu untuk menghadiri diskusi ini. Seperti yang tercantum dalam acara, diskusi kita hari ini bertemakan apresiasi puisi. Masalah tersebut akan disampaikan oleh Bapak Hamid. Untuk menghemat waktu yang digunakan, marilah kita mulai diskusi ini; Diskusi saya buka dengan mengucapkan Om suastiastu. Selanjutnya marilah kita dengarkan uraian Bapak Hamid . Saudara penyaji saya persilahkan !
b.      Mengarahkan Diskusi :
Saya rasa tanggapan Saudara menyimpang dari topic diskusi. Oleh karena itu, sebaiknya tanggapan saudara kembali pada pokok permasalahan diskusi kita ini!
c.       Menarik Kesimpulan :
Karena sudah tidak ada lagi masalah yang perlu dibicarakan, sebelum diskusi ini kita tutup, saya akan menyampaikan beberapa kesimpulan dari hasil diskusi sebagai berikut ….   Demikianlah hasil diskusi kita hari ini. Akhirnya diskusi saya nyatakan ditutup dengan mengucapkan Terima kasih .
d.      Menjawab Pertanyaan :
Sehubungan dengan pertanyaan Saudara Anda, saya akan mengemukakan hal-hal sebagai berikut ….   Berdasarkan bukti yang saya kemukakan tadi ; saya kurang sependapat dengan pendapat  Saudara .

Rabu, 21 November 2012

RPP BERKARAKTER BAHASA INDONESIA SMA XI


                 SMA NEGERI 2 SEKAYU

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Mata Pelajaran    :  Bahasa Indonesia
Kelas/Semester    :  XI / 1
Alokasi Waktu    :  5 x 45 menit

Standar Kompetensi          :  Mendengarkan :  Memahami berbagai informasi dari sambutan/khotbah
           dan wawancara
Kompetensi Dasar        :  Menemukan  pokok-pokok isi sambutan/ khotbah didengar
Indikator          :  1.  Mencatat pokok-pokok isi sambutan atau khotbah  yang didengarkan
             2. Menuliskan pokok-pokok isi sambutan tersebut ke- dalam  beberapa kalimat
               3. Menyampaikan (secara lisan) ringkasan sambutan   atau khotbah

I.    Tujuan  Pembelajaran    : Peserta didik dapat:
              1.     Mencatat pokok-pokok isi sambutan atau khotbah yang didengarkan
              2. Menuliskan pokok-pokok isi sambutan ke dalam beberapa kalimat
              3.     Menyampaikan (secara lisan) ringkasan sambutan atau khotbah
II.    Materi Ajar    : Sambutan
Dalam kehidupan sehari-hari kita pasti pernah atau sering melihat, mendengarkan atau bahkan menyampaikan sambutan. Ketika mendengarkan sambutan kita harus mempunyai pendengaran serta kemampuan memahami isi sambutan dengan baik. Penyampaian sambutan biasanya tentang sesuatu hal yang terkait dengan acara atau kegiatan tersebut.
Sebuah sambutan yang baik terdiri atas beberapa bagian, yaitu;
1.    Pembukaan
    berisi penghormatan kepada haridin dan syukur kepada Tuhan YME;
2.    ISI
    berisi uraian tentang latar belakang
    uraian singkat tentang penyelenggaraan acara;
3.    Penutup
    berisi harapan serta ucapan terima kasih.
III.      Metode Pembelajaran    : Belajar Kelompok, tanya jawab, unjuk kerja dan ceramah.

IV.     Langkah Pembelajaran    :

No.    Kegiatan Belajar Mengajar    Waktu
1.    Kegiatan Awal   

    Apersepsi
1.   Guru mengabsen siswa
2.   Menjelaskan tujuan pembelajaran    
    Motivasi
1.   Guru memotivasi peserta didik dengan menanyakan tentang sambutan
2.   Peserta didik  mendengarkan video tentang sambutan kemudian salah satu peserta didik diminta menjelaskan secara sikat  sambutan tersebut    
2.    Kegiatan Inti    
    Eksplorasi
1.   Peserta didik membentuk kelompok  (satu kelompok terdiri dari 2 sampai 3 peserta didik) 
2.   Setiap peserta didik mendengarkan sambutan sambil mencatat pokok-pokok isi sambutan
3.   Peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya tentang pokok-pokok isi sambutan yang telah dicatat dan membuat ringkasannya   
    Elaborasi
 Masing-masing kelompok menunjuk perwakilan kelompoknya untuk  menyampaikan secara
lisan  hasil diskusinya, kemudian peserta lain diberi kesempatan untuk menanggapi   
    Konfirmasi
Guru memberikan tanggapan atas hasil kerja peserta didik kelompok    
3.    Kegiatan Penutup   
    1.   Peserta didik dengan bimbingan guru menyimpulkan tentang sambutan    

V.    Alat/Bahan/Sumber Belajar
A.    Alat    : LCD, Leptop, soung
B.      Bahan    : Slide materi sambutan, video sambutan
C.    Sumber Belajar    : Mafrukhi, dkk. 2007. Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI.       Jakarta: Erlangga.



VI.    Penilaian
A.    Kognitif
    1.  Mendengarkan sambutan atau khotbah
    2.    Tentukanlah pokok-pokok isi sambutan!  
    3.    Tuliskanlah ringkasan sambutan!
B.  Psikomotor
1.  Menyampaikan (secara lisan) ringkasan sambutan atau khotbah
2.  Menanggapi ringkasan isi sambutan atau khotbah
C.    Afektif
    1.    Kehadiran
    2.    Perhatian
    3.    Minat
    4.    Disiplin
    5.    Mengemukakan pendapat


    Mengetahui,                            Sekayu, 30 Juni 2012
    Kepala Sekolah                            Guru Mata Pelajaran,


    Burtani, S.Pd., M.Si.                            Faulina, S.Pd.
    NIP 19721201 199802 1 002                    NIP 19810606 200801 2 002